Minggu, 10 Agustus 2008

Refleksi Kemerdekaan

“Tujuh Belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita ……..” Begitulah sepenggal bail kagi Hari Kemerdekaan, yang mana dari Sabang sampai Merauke terus berkumandang dengan gegap gempita dan ditunjukkan dengan ekspresi yang berkorbar. Benarkah kita sudah merdeka baik lahir maupun batin ? Ya kata merdeka alangkah indahnya jika semua orang di muka bumi ini semuany dalam keadaan merdeka, tanpa punya niat saling menjajah, baik menjajah diri pribadinya, orang lain, masyarakat, bangsa dan negara sampai menjajah negara lain.

Sudah sepantasnya kita mampu merefleksikan makna kemerdekaan yang sudah kita peringati dengan usia 63 tahun. Usia yang cukup untuk menghayati dan memaknai arti kemerdekaan. Sebelum kita berbicara arti kemerdekaan secara luas, coba kita kembalikan dulu pada pribadi kita masing-masing apakah kita benar-benar sudah merdeka secara lahir dan batin. Yang dimaksud pribadi yang merdeka itu bagaiamana sebenarnya? Jawabannya : IKHLAS. Sudahkah kita ikhlas dalam setiap amal perbuatan kita? Lalu bagaimana caranya biar kita ikhlas yang sejati? Bagaimana terus menjaga amal kita biar tetap ikhlas? Mungkin itu adalah sebagaian pertanyaan yang kalau kita mampu mencari jawabannya, maka anda sudah mulai mengerti hakikat kemerdekaan.

Mungkin kalau kita pas menerima rejeki kita bisa berbuat ikhlas, sebaliknya ketika harus beramal rasanya berat sekali, dll. Ingat, ibadah apapun yang akan diterima disisi-Nya karena kualitas IKHLAS dari yang berbuat. Ya, ikhlas menunjukkan suatu bentuk sikap tingkat tinggi dari seorang hamba yang menyadari bahwa ada yang lebih berkuasa di alam jagaq raya ini. Hamba tersebut benar-benar menyadari tentang segala kekurangannya, menyadari betapa kita adalah sangat lemah, hanya karena ridha dan kekuatan-Nyalah kita diberi kemampuan untuk berbuat.

Dengan niat yang ikhlas berati kita sadar dan sabar bahwa semua yang kita punyai sejatinya adalah amanah, baik harta, anak, ilmu, dll. Malu jika kita masih mengaku bahwa itu adalah hartaku, anakku, ilmuku, punyaku, semua karena usahaku, yang lain tidak berhak. Jika anda masih bersikap seperti itu berarti anda wajib siap-siap untuk dihisab baik didunia maupun diakhirat kelak. Namun jika anda menyadari bahwa semua itu adalah amanah, maka sudah sepantasnya kita menjaganya dengan baik dan memanfaatkan tetap pada jalan yang diridhoi-Nya.

Sikap yang ikhlas, menunjukkan setiap perbuatan dan amal kita akan membawa dampak yang positif, baik bagi dirinya dan juga orang lain. Keilkhlasan mampu membuat suasana menjadi nyaman, tanpa ada paksaan, berkah bagi diri dan yang lain. Sikap yang ikhlas membuat pola pikir dan pola sikap menjadi pribadi yang bersih, suci, kembali fitrah, dan jaminan setiap amal akan diterima menjadi amal yang khasanah.

Jika pribadi kita sudah mampu untuk berbuat ikhlas, berarti kita sudah merdeka. Dengan jiwa yang merdeka, maka kemaslahatan di alam raya ini yang akan muncul. Hati yang merdeka akan menghilangkan sifat serakah, mau menang sendiri, rakus, tidak pernah puas, kejam, tidak berperi kemanusiaan. Pribadi yang merdeka tidak akan memunculklan niat ingin menjajah orang lain atau negara lain, karena masing-masing menyadari bahwa pada dasarnya setiap manusia diciptakan dalam keadaan merdeka.

Begitulah refleksi kemerdekaan yang sesuangguhnya, mari kita mulai dari diri pribadi kita, saudara kita, tetangga kita, teman-teman kita, masyarakat kita, bangsa dan negara kita. Jangan ada lagi muncul perasaan ingin menjajah pribadi kita dengan tidak jujur, menjajah orang lain dengan pemaksaan, menjajah tetangga kita dengan ketidakrukunan, menjajah masyarakat kita dengan kesombongan, dan menjajah bangsa dan negara kita dengan perpecahan atas nama agama, budaya, bahasa, dll.

Sekali merdeka tetap merdeka, Merdeka atau mati, Hidup mulia atau mati syahid, semangat inilah yang wajib kita pupuk dan terus digelorakan baik pada pribadi kita, anak-anak, keluarga, saudara, tetangga, masyarakat, bangsa dan negara kita.

Al Azhaar Sekolah Terbaik

Tak seperti biasa, hari itu, Sabtu (12a/7) aula SMP Islam Al Azhaar tampak ramai dengan kedatangan para walisantri baru. Para asatidz berjajar rapi menebar senyum menyambut kedatangan mereka. Aula yang baru selesai dibangun tersebut akhirnya penuh sesak dengan kehadiran para walisantri baru itu. Kedatangan para walisantri baru tersebut untuk memenuhi undangan dari LPI Al Azhaar Tulungagung. Acara pertemuan walisantri baru ini sengaja digelar oleh LPI Al Azhaar untuk memberikan pengarahan dan sosialisasi seputar program pendidikan pada masing-masing jenjang mulai PAUD, TK, SD dan SMP. Acara seperti ini biasanya rutin diadakan setiap mengawali tahun pelajaran baru. Sekitar 300 walisantri dari berbagai jenjang yang hadir tampak antusias mengikuti acara ini hingga selesai.


Acara ini diawali dengan lantunan ayat suci Al Quran dan sari tilawah oleh Sinta Nabilah dan Alya Rofiqo, dua santriwati kelas Lima SD Islam Al Azhaar. Sinta Nabila, qori’ahnya dan Alya Rofiqo, sari tilawahnya. Sinta dan Fika (demikian keduanya disapa) mampu membawakan amanah ini dengan baik. Suara bagus dan tinggi dari Sinta mampu menyedot perhatian semua yang hadir untuk tenang dan mendengarkan dengan khitmad. Usai Sinta melantunkan ayat-ayat Al Quran itu, Alya Rofiqo tampil dengan suara tak kalah bagus membawakan sari tilawahnya.

H. Imam Mawardi, Direktur LPI Al Azhaar Tulungagung dalam sambutannya mengatakan bahwa tugas pendidikan anak harus menjadi tanggungjawab bersama antara orangtua dan lembaga pendidikan. Ketimpangan yang terjadi didalamnya akan berakibat buruk terhadap diri anak didik. Artinya tugas pendidikan itu tak bisa serta merta menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan yang dituju. Namun, orangtua juga wajib terus mengawasi dan mendidik anak-anaknya di rumah dan lingkungan masing-masing. Kerjasama yang baik diantara keduanya tentu akan berdampak positif terhadap perkembangan pendidikan dan kepribadian anak.

Tak dapat dipungkiri bahwa pengaruh pergaulan dan lingkungan sangat besar pada tumbuh-kembangnya kepribadian anak. Pergaulan dan lingkungan yang baik akan membawa kebaikan pada diri anak, sebaliknya pergaulan dan lingkungan yang buruk akan membawa bencana dan petaka. Dalam hal inilah mestinya orangtua memberikan perhatian khusus terhadap pendidikan anak-anaknya. Memilihkan sekolah yang baik, lingkungan pergaulan yang baik serta kontrol yang baik merupakan kewajiban yang harus dipenuhi. Kelalaian ataupun abai terhadap perkara ini tentu akan menimbulkan masalah-masalah yang tak berkesudahan di kemudian hari. “Telah banyak bukti dan contoh nyata tentang hal ini. Janganlah kita semakin menambah deretan para orangtua yang bermasalah dengan anak-anaknya,” ungkap H. Imam Mawardi mewanti-wanti.

Ketua Yayasan Al Azhaar, H. Djuwito dalam sambutan berikutnya menegaskan tentang pentingnya teladan orangtua dalam mendidik. “Pendidikan akan sia-sia saja, jika dalam keseharian orangtua tidak mampu memberikan teladan yang baik terhadap anak-anaknya,” tegas H. Juwito. Sambil mengetengahkan sebuah contoh ia mengatakan pula, “Kalau orangtua menginginkan putra-putrinya menutup aurat dengan sempurna mestinya ia juga menutup auratnya”.

Presentasi dari masing-masing kepala jejang mulai PAUD, TK, SD dan SMP Islam Al Azhaar menjadi acara berikutnya. Para kepala jenjang itu mempresentasikan program pendidikan yang akan diterapkan di jenjang masing-masing. Secara berurut pemaparan tersebut diawali dari jenjang PAUD, yang disampaikan oleh Ustadzah Endah Wiyanti, S.Ag. selaku kepala PAUD Al Azhaar. Diteruskan pemaparan dari Ustadzah Susiati, kepala jenjang TK, Ustadz Muhamad Maksum dari SD dan Ustadz Toha Syaifudin dari SMP. Tidak ada pertanyaan dari para walisantri dalam sesi presentasi kepala jenjang ini. Tampaknya para walisantri ini sudah merasa cukup dengan penjelasan para kepala jenjang tersebut.

Sebagai bekal bagi para walisantri baru mendampingi anak-anak mereka memasuki tahun pelajaran baru, panitia telah menyiapkan materi khusus “motivasi”. Paling tidak ada hal positif yang bisa mereka bawa pulang atau inspirasi baru pola mendidik anak. Bekal motivasi ini diberikan oleh Ustadz Anang Prasetyo, asisten direktur bidang akademik dan personalia LPI Al Azhaar Tulungagung.

“Aku orangtua terbaik, anakku anak terbaik, Al Azhaar sekolah terbaik,” Teriak para wali santri baru itu mengikuti arahan Ustadz Anang (begitu biasanya ia disapal). Para walisantri baru tersebut tampak antusias mengikuti setiap arahan motivasi yang dipaparkan oleh Ustadz Anang. Mengawali presentasinya, ustadz yang enerjik ini langsung menyapa dengan sapaan yang memberikan semangat, “Apa kabar anda hari ini?”. Kemudian disambut dengan teriakan tak kalah semangat, “Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar”. Meski awalnya kelihatan canggung tapi para walisantri ini dapat mengikuti setiap arahan yang diberikan Ustadz Anang dengan baik. Selain itu, mereka juga mendapatkan tip dan trik bagaimana bersikap yang baik terhadap anak-anak. Menyapa, menegur, memarahi dan menasehati adalah perbuatan yang acapkali dilakukan orangtua terhadap anaknya. Namun, semua itu harus dilakukan dengan cara yang baik dan beretika. Materi inilah diantaranya yang diberikan oleh Ustadz Anang.

“Acara seperti ini perlu terus dilestarikan. Selain menambah pengetahuan juga sebagai ajang silaturrahim antar walisantri serta LPI,” ujar Lubis, seorang walisantri baru dari jenjang TK. “Sudah lama saya mendengar tentang Al Azhaar. Reputasinya selama ini sangat baik,” terangnya pula. Karena itulah lelaki asal Bawean ini bertekad memasukkan anak laki-laki semata wayangnya ke TK Islam Al Azhaar, dan hal itu telah ia lakukan. Sekarang, anak laki-lakinya itu tercatat sebagai santri baru di TK Islam Azhaar.

Widji Paminto Rahayu, salah seorang walisantri baru SMP juga berkomentar, “Saya sangat senang dengan pertemuan seperti ini,” katanya. “Paling tidak, akan ada kesamaan pandangan dari para walisantri yang hadir, setelah menyimak paparan dari lembaga tentang visi dan misi pendidikan yang diembannya,” lanjut pria jebolan ISI Yogjakarta ini. “Saya merasa pas dengan sistem pendidikan yang diterapkan disini. Karenanya susah untuk pindah ke lain hati,” ungkapnya puitis.

Akhirnya, sekitar jam sebelas siang acara ini telah usai dilaksanakan. Ustadz Wahyudin yang membawakan acara tersebut, menutup acara ini dengan doa kafarah al majlis (doa penutup majlis) di ikuti oleh semua yang hadir. Dengan tertib satu-persatu para walisantri itu meninggalkan ruangan diliputi dengan perasaan puas dan bangga. Ya, mereka telah mengambil keputusan yang tepat dengan mengamanahkan pendidikan putera-puterinya di lembaga ini. Insyallah, dengan penuh tanggung jawab para pendidik di lembaga ini akan memenuhinya dengan sempurna. Semoga saja segala jerih payah pengabdian yang tak kenal lelah ini akan beroleh ridlo dari-Nya. Sehingga harapan terwujudnya generasi yang robbani tak sekadar slogan tapi nyata terjadi. Insya Allah. Amin. (Wahyoe)

  © Blogger template 'Photoblog II' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP